MAKNA PENJOR DALAM PERAYAAN HARI SUCI GALUNGAN

Cgtrend: Hari raya Galungan adalah hari suci bagi umat Hindu, karena merupakan simbol dari kemenangan dharma melawan adharma. Perayaan hari raya Galungan dirayakan oleh umat Hindu setiap 210 hari atau setiap Buda Kliwon Dunggulan. Pembuatan penjor bagi umat Hindu di Bali sangat penting. Selain sebagai alat untuk pemujaan dewa-dewi diseluruh muka bumi juga sebagai simbol ucapan rasa syukur umat Hindu atas kemurahan Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan hasil bumi yang melimpah. baca lebih lanjut artikel hari Raya Galungan dan Kuningan untuk lebih mempelajari apa makna Pembuatan penjor bagi umat Hindu di Bali sehingga dianggap sangat penting dalam topic cgtrend.blogspot.com:

Baca: KATA-KATA KUNINGAN GALUNGAN - UCAPAN SELAMAT HARI KUNINGAN

https://cgtrend.blogspot.com/

Makna

Penjor dimaknai sebagai simbol rasa syukur atas karunia Ida Sang Hyang Widhi atas kemakmuran yang telah diberikan kepada seluruh umat manusia di alam semesta ini. Penjor adalah salah satu sarana upakara (banten) dalam merayakan Hari Raya Galungan dan Kuningan bagi umat Hindu, dan merupakan simbol gunung yang memberikan limpahan dari kehidupan dan kesejahteraan bagi manusia seperti halnya Gunung Agung yang terletak di pura Besakih yang merupakan tempat suci dan sumber kehidupan bagi umat Hindu di Bali.

Sejarah Penjor

Penjor mulai digunakan sebagai sarana dalam rangka menghormati anugrahNya pada masa pemerintahan raja Sri Jaya Kesunu. Sebelum pemerintahan Raja Jaya Kesunu, belum adanya upacara persembahan berupa hasil alam terhadap para dewa karena pemujaan seperti itu dilarang oleh Raja Mayadenawa. Pelarangan tersebut dikarenakan Raja Mayadenawa menganggap upacara persembahan terhadap para dewa tidaklah begitu penting, sehingga masyarakat diharuskan menyerahkan upacara persembahanhanya kepada Raja Mayadenawa. Pelarangan tersebut mengakibatkan munculnya bencana alam berupa kekeringan yang sangat merugikan masyarakat.


Masyarakat yang tertimpa bencana oleh tindakan Raja Mayadenawa tersebut didengar oleh Dewa Indra. Terjadi perang antara Dewa Indra dengan Raja Mayadenawa dan Raja Mayadenawa terbunuh dalam perang tersebut. Untuk mengisi kekosongan kekuasaan tersebut maka diangkatlah Sri Jaya Pangus sebagai Raja menggantikan Raja Mayadenawa.


Sayangnya, pada masa Sri Jaya Pangus sebagai Raja menggantikan Raja Mayadenawa, persembahan berupa sesajen belum juga dilaksanakan, oleh karena itu para dewa-dewa mengutuk raja dan penerusnya agar berumur pendek. Raja Sri jaya Pangus juga berumur pendek begitu pula para pelanjutnya hingga pada masa pemerintahan Sri Jaya Kesunu.


Pada masa pemerintahan raja Sri Jaya Kesunu, banyak cara yang dilakukan agar raja dan penerusnya berumur panjang, hingga pada akhirnya Sri Jaya Kesunu meminta pendapat kepada Mpu Baradah agar ia bersemedi di Setra Gandamayu untuk memperoleh wahyu dari Dewi Durga. Pertapaan tersebut menghasilkan petunjuk kepada Sri Jaya Kesunu agar melakukan persembahan keseluruh tempat suci yang ada di Bali. Kemudian oleh Sri Jaya Kesunu menciptakan simbol-simbol para dewa pada sebatang bambu yang dihiasi oleh hasil-hasil alam dan simbol tersebut dikenal dengan nama penjor.


Simbol-simbol atau lambang Penjor dalam ritual perayaan hari galungan dan Kuningan

Ritual penjor selalu menggunakan tetumbuhan tertentu untuk sesaji sebagai wujud persembahan bagi Tuhan. Tetumbuhan tersebut berupa hasil bumi dan disusun pada sebatang bambu. Hasil bumi yang menghiasi tersebut menjadi ciri khas penjor sehingga masyarakat Hindu terus berupaya melestarikian tumbuhan bambu khususnya sebagai lambang keselamatan dan kesejahteraan umat Hindu.


Perkembangan penjor dari masa Sri Jaya Kesunu hingga saat ini sudah banyak mengalami perubahan bentuk tetapi tanpa menghilangkan makna nilai-nilai filosofis dari penjor tersebut.


Lambang Penjor dalam ritual perayaan hari galunan, Kuningan, dan perkembangan seni kerajinan Penjor

https://cgtrend.blogspot.com/
Gambar seni panjor photo istimewa
Sebagai contoh perubahan yang dilakukan pada Masyarakat di Kota Denpasar, kerena metreka merupakan masyarakat yang memiliki tingkat kreativitas yang tinggi sehingga penjor yang semula memiliki simbol dan makna religi yang suci atau sakral, lambat laun dimodifikasi sedemikian rupa sehingga penjor selain memiliki unsur religius juga mengandung unsur nilai seni (estetis).


Kerajinan merupakan bagian dari kesenian yang tumbuh dan berkembang sejak dahulu yang memproduksi berbagai jenis barang untuk memenuhi kebutuhan manusia. Untuk proses produksi barang-barang kerajinan itu digunakan peralatan yang sederhana dengan keterampilan, ketekunan, ketelitian, dan kecakapan yang tidak saja melibatkan gerak tangan, tetapi juga pikiran yang selalu tanggap dan kreatif. Berdasarkan pengertian diatas artikel trending topic timbul istilah seni kerajinan dan kerajinan tangan.


Seni kerajinan mengutamakan fungsi ragawi yang dihasilkan dengan sistem produksi masal dan bertujuan untuk mengejar nilai ekonomi disebut industri kerajinan.

Baca: PANTUN & SYAIR: APAKAH PERBEDAAN DAN PERSAMAANNYA?

Bali khususnya Kota Denpasar merupakan daerah tujuan wisata nusantara maupun mancanegara. Pengaruh pariwisata juga mempengaruhi kreasi bentuk penjor yang awalnya merupakan simbol suci kini menjadi sebuah karya seni yang bernilai tinggi tanpa menghilangkan pakem. Oleh karena itu beberapa warga masyarakat atau kelompok pemuda di Kota Denpasar yang jeli melihat perkembangan pariwisata di Bali sehingga mereka mulai mencoba membuat penjor yang memiliki nilai ekonomis tinggi agar dapat semakin menarik minat wisatawan. Usaha tersebut mendapat respon yang baik bagi kalangan pelaku pariwisata karena para wisatawan dapat menemukan penjor tidak hanya pada saat Galungan dan Kuningan saja melainkan penjor tersebut dapat dipesan sesuai dengan kebutuhan lainnya, seperti penggunaan penjor sebagai penghias gapura-gapura di hotel-hotel hingga penjor digunakan sebagai penghias rumah ketika masyarakat mengadakan suatu hajatan diantaranya upacara pernikahan, Inovasi dan ide-ide masyarakat di Kota Denpasar, diwujudkan dalam usaha yang berskala kecil dan menengah (UKM). Fenomena tersebut mulai bermunculan pada awal tahun 2000-an, awal kemunculan usaha tersebut pertama kali muncul pada saat pameran industri di Jalan Gunung Agung, Denpasar.


Pada saat itu pengusaha penjor dari daerah Kerobokan, Badung yang pertama kali mempopulerkan dan memperjual-belikan penjor hias. Melihat banyaknya minat masyarakat akan penjor yang telah dihias sedemikian rupa, maka mulailah penjor tersebut diperjual-belikan kepada khalayak umum baik itu digunakan sebagai sarana upacara maupun sebagai pelengkap dekorasi.


Benda-benda budaya yang bernilai seni yang dihasilkan berdasarkan ketekunan dan kreatifitas tangan–tangan trampil, tidak hanya mengarah pada nilai guna pakai yaitu untuk keperluan upacara dan kebutuhan sehari-hari, tetapi juga bernilai guna ekonomis untuk mengejar keuntungan dan sebagai mata pencaharian.



Peranan faktor-faktor produksi seperti contoh: permodalan, tenaga kerja bahan baku, peralatan dan managemen sangat penting bagi pertumbuhan industri kerajinan. Munculnya para pelaku usaha penjor tersebut bardampak positif bagi sebagian masyarkat kota Denpasar, tetapi ada juga yang menilai bahwa penjor yang diperjual-belikan melenceng dari makna dan filosofi penjor tersebut. Ini dibuktikan oleh penulis cgtrend.blogspot.com, ketika berada dilapangan bahwa banyaknya penjor hias yang digunakan sebagai penjor upacara. Hal ini juga dikatakan dalam pernyataan I.B Sudarsana sebagai berikut : “saat ini masyarakat lebih banyak membeli penjor yang sudah jadi dikarenakan umat Hindu sudah mulai malas membuat penjor disamping sulit memperoleh bahan-bahan penjor juga karena tingkat mobilitas masyarakat Kota Denpasar yang tinggi sehingga penjor yang sudah siap pakai merupakan solusi dari keadaan saat ini.”


Akhir kata penulis cgtrend.blogspot.com, mengucapkan selamat hari raya suci Galungan lan Kuningan bagi sahabat umat Hindu yang merayakan!. Semoga kesucian Makna Kemenangan Dharma Atas Adharma Dapat Kita Implementasikan Dalam Kehidupan Keseharian.

Posting Komentar untuk "MAKNA PENJOR DALAM PERAYAAN HARI SUCI GALUNGAN"