Jelang hari raya Idul Adha dan Idul Fitri, sahabat cgtrend! akan mendengar ucapan takbir bergema dimana-mana.
Baca: KUMPULAN KATA MUTIARA UCAPAN IDUL ADHA
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata takbir adalah berdzikir, seruan atau ucapan allahu akbar allah mahabesar.
Tapi taukah sahabat cgtrend! bahwa takbir itu terbagi menjadi dua, yakni takbir Mursal dan Takbir Muqayyad.
Penasaran apa yang dimaksud dengan kedua takbir ini? jika iya, yuk kita bahas bersama pengertian dan perbedaan keduanya dalam topic cgtrend.blogspot.com
Pertama, Takbir Mursal. Ini merupakan seruan atau ucapan allahu akbar (takbir) hari raya yang tidak terikat dengan waktu dan dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun kecuali di tempat yang tidak dihormati seperti kamar mandi, selama masih berada dalam rentang waktu yang diperbolehkan yaitu sejak memasuki bulan Dzulhijjah hingga berakhirnya hari tasyriq pada 13 Dzulhijjah.
Takbir mursal ini dapat dilakukan dalam keadaan berjalan, berkendara, berdiri, duduk maupun berbaring. Dan juga dapat dilakukan di rumah, jalan-jalan, pasar, kantor, lapangan, masjid, sekolah dan lainnya kecuali tempat yang tidak dihormati seperti kamar mandi.
Dalil yang melandasi akan hal ini adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala:
وَاذْكُرُوا اللهَ فِي أَيَّامٍ مَّعْدُودَاتٍ
Artinya: “Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang.”
Terkait ayat di atas, ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma menfasirkan:
وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِى أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ أَيَّامُ الْعَشْرِ ، وَالأَيَّامُ الْمَعْدُودَاتُ أَيَّامُ التَّشْرِيقِ
Artinya: “Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang terbilang yaitu 10 hari pertama Dzulhijjah dan juga pada hari-hari tasyriq.”
Dan juga sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam:
مَا مِنْ أَيَّامٍ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ وَلَا أَحَبُّ إِلَيْهِ مِنَ الْعَمَلِ فِيهِنَّ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ الْعَشْرِ فَأَكْثِرُوا فِيهِنَّ مِنَ التَّهْلِيلِ وَالتَّكْبِيرِ وَالتَّحْمِيدِ
Artinya: “Tidak ada hari-hari yang lebih agung dan lebih dicintai Allah dalam melaksanakan amalan di dalamnya dibandingkan pada sepuluh hari (Dzulhijjah) ini. Maka perbanyak di dalamnya dengan tahlil, takbir dan tahmid.”
Para salafus shalih pun mengamalkan takbir mursal ini dalam berbagai keadaan mereka, diriwayatkan oleh al-Imam al-Bukhari rahimahullah dalam Shahihnya secara mu’allaq:
وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ وَأَبُو هُرَيْرَةَ يَخْرُجَانِ إِلَى السُّوقِ فِى أَيَّامِ الْعَشْرِ يُكَبِّرَانِ وَيُكَبِّرُ النَّاسُ بِتَكْبِيرِهِمَا وَكَبَّرَ مُحَمَّدُ بْنُ عَلِىٍّ خَلْفَ النَّافِلَةِ
Artinya: “Ibnu ‘Umar dan Abu Hurairah pernah keluar ke pasar pada sepuluh hari pertama Dzulhijjah, lalu mereka bertakbir, lantas manusia pun ikut bertakbir. Muhammad bin ‘Ali pun bertakbir setelah shalat sunnah.”
Dari Mujahid bin Jabr rahimahullah, beliau berkata:
كَانَ أَبُو هُرَيْرَةَ وَابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يَخْرُجَانِ أَيَّامَ الْعَشْرِ إِلَى السُّوقِ فَيُكَبِّرَانِ فَيُكَبِّرُ النَّاسُ مَعَهُمَا لا يَأْتِيَانِ السُّوقَ إِلا لِذَلِكَ
Artinya: “Abu Hurairah dan Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, mereka berdua pernah pergi keluar pada waktu sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah menuju pasar. Kemudian mereka bertakbir, maka bertakbirlah orang-orang bersama mereka berdua. Keduanya tidak mendatangi pasar kecuali untuk hal tersebut (bertakbir).”
al-Imam al-Bukhari rahimahullah dalam Shahihnya meriwayatkan secara mu’allaq:
وَكَانَ عُمَرُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ يُكبِّرُ فِي قُبَّتِهِ بِمِنىً فَيَسْمَعُهُ أَهْلُ اْلمَسْجِدِ فَيُكَبِّرُونَ وَيُكبِّرُ أَهْلُ اْلأَسْوَاقِ حَتَّى تَرْتَجَّ مِنىً تَكْبِيراً . وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يُكَبِّرُ بِمِنىً تِلْكَ اْلأَيَّامَ وَخَلْفَ الصَّلَوَاتِ وَعَلَى فِرَاشِهِ وَفِي فُسْطَاطِهِ وَمَجْلِسِهِ وَمَمْشَاهُ تِلْكَ اْلأَيَّامَ جَمِيْعاً . وَكَانَتْ مَيْمُونَةُ تُكَبِّرُ يَوْمَ النَّحْرِ ، وَكَانَ النِّسَاءُ يُكَبِّرْنَ خَلْفَ أََبَانَ بْنِ عُثْمَانَ وَعُمَرَ بْنِ عَبْدِ اْلعَزِيْزِ لَيَالِيَ التَّشْرِيقِ مَعَ الرِّجَالِ فِي اْلمَسْجِدِ
Artinya: “Bahwasanya ‘Umar radhiyallahu ‘anhu bertakbir di dalam kubahnya di Mina kemudian orang-orang di dalam masjid pun mendengarnya, maka mereka pun bertakbir, dan bertakbir pula orang-orang di pasar hingga Mina berguncang karena takbir. Dan juga Ibnu ‘Umar bertakbir di Mina pada hari-hari itu, baik setelah shalatnya, di atas dipannya, di serambi rumahnya, di majelisnya dan orang-orang pun bertakbir di jalan-jalan pada hari itu. Maimunah pun bertakbir pada hari raya nahr (10 Dzulhijjah). Para perempuan juga bertakbir mengkuti Aban bin ‘Utsman dan ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz pada malam hari-hari tasyriq bersama para laki-laki di dalam masjid.”
Dari Nafi’ rahimahullah:
أَنَّ ابْنَ عُمَرَ كَانَ يُكَبِّرُ تِلْكَ الْأَيَّامَ بِمِنًى فِي دُبُرِ الصَّلَوَاتِ وَفِي فُسْطَاطِهِ وَفِي مَمْشَاهُ وَفِي طَرِيقِهِ تِلْكَ الْأَيَّامَ جَمِيعًا
Artinya: “Bahwasannya Ibnu ‘Umar bertakbir pada hari-hari tersebut di Mina pada akhir shalat-shalatnya, di kemahnya dan di jalan-jalannya pada hari-hari itu semuanya.”
Dari Ummu ‘Athiyyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata:
كُنَّا نُؤْمَرُ أَنْ نَخرُجَ يَوْمَ اْلعِيْدِ حَتَّى نُخْرِجَ الْبِكَرَ مِنْ خِدْرِهَا حَتَّى نُخْرِجَ الْحَيَّضَ فَيَكُنَّ خَلْفَ النَّاسِ فَيُكَبِّرْنَ بِتَكْبِيْرِهِمْ وَيَدْعُوْنَ بِدُعَائِهِمْ يَرْجُوْنَ بَرَكَةَ ذَلِكَ الْيَوْمِ وَطُهْرَتَهُ
Artinya: “Kami diperintahkan keluar pergi menuju shalat ‘Ied, bahkan anak-anak gadis pergi keluar dari pingitannya. Begitu juga wanita-wanita yang sedang haidh, tetapi mereka hanya berdiri di belakang orang banyak, turut bertakbir dan berdo’a bersama-sama. Mereka mengharapkan berkah dan kesucian pada hari itu.”
Dari Abu al-Ahwash rahimahullah:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّهُ كَانَ يُكَبِّرُ أَيَّامَ التَّشْرِيقِ
Artinya: “Bahwasannya ‘Abdullah (bin Mas’ud) bertakbir pada hari-hari tasyriq.”
Kedua Takbir Muqayyad. Ini merupakan seruan atau ucapan allahu akbar (takbir) hari raya yang dikaitkan dengan waktu tertentu yaitu setelah melaksanakan shalat wajib berjamaa’ah.
Takbir muqayyad dilakukan sejak fajar pada hari ‘Arafah (setelah pelaksanaan shalat shubuh) bagi mereka yang tidak melaksanakan ibadah haji, sedangkan bagi mereka yang berhaji dimulai pada waktu zhuhur di hari Nahr (Idul Adha) tanggal 10 Dzulhijjah.
Pelaksanaan takbir muqayyad berakhir pada hari tasyriq yang terakhir yaitu pada tanggal 13 Dzulhijjah setelah shalat Ashar.
Dalil-dalil yang melandasi akan hal ini adalah:
Dari ‘Ubaid bin ‘Umair rahimahullah, beliau berkata:
كَانَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ يُكَبِّرُ بَعْدَ صَلاةِ الْفَجْرِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ إِلَى صَلاةِ الظُّهْرِ مِنْ آخِرِ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ
Artinya: “‘Umar bin al-Khaththab bertakbir setelah shalat Shubuh pada hari ‘Arafah hingga shalat Zhuhur pada akhir hari-hari tasyriq.”
Dari Syaqiq bin Salamah al-Asadi rahimahullah, beliau berkata:
كَانَ عَلِيٌّ يُكَبِّرُ بَعْدَ صَلاةِ الْفَجْرِ غَدَاةَ عَرَفَةَ ثُمَّ لا يَقْطَعُ حَتَّى يُصَلِّيَ الإِمَامُ مِنْ آخِرِ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ ثُمَّ يُكَبِّرُ بَعْدَ الْعَصْرِ
Artinya: “‘Ali bertakbir setelah shalat Shubuh di hari ‘Arafah, lalu ia tidak menghentikannya hingga imam shalat di akhir hari-hari tasyriq, kemudian ia bertakbir setelah ‘Ashar.”
Dari Salamah bin Nubaith rahimahullah:
أَنَّهُ كَانَ يُكَبِّرُ مِنْ صَلَاةِ الْفَجْرِ يَوْمَ عَرَفَةَ إِلَى صَلَاةِ الْعَصْرِ مِنْ آخِرِ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ
Artinya: “Bahwasannya adh-Dhahhak biasa bertakbir mulai shalat Shubuh pada hari ‘Arafah hingga shalat ‘Ashar pada akhir hari-hari tasyriq.”
Dari ‘Ikrimah rahimahullah:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ كَانَ يُكَبِّرُ مِنْ صَلَاةِ الْفَجْرِ يَوْمَ عَرَفَةَ إِلَى آخِرِ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ لَا يُكَبِّرُ فِي الْمَغْرِبِ
Artinya: “Bahwasannya Ibnu ‘Abbas bertakbir mulai shalat Shubuh pada hari ‘Arafah hingga akhir hari-hari tasyriq, namun tidak bertakbir pada shalat Maghrib.”
Jika dilihat dari bahasan bersama pengertian diatas, maka kita dapati perbedaan Takbir Mursal dengan Takbir Muqayyad. Perbedaan keduanya yakni:
Bagaimana sahabat cgtrend! semoga dengan ulasan takbir mursal dan muqayyad ini dapat menambah wawasan keislaman kita semua, khususnya ketika kita akan mengemakan ucapan takbir untuk sambut hari raya Idul Adha di tahun ini.
Selamat bertakbir sahabat cgtrend.blogspot.com!!! "Allaahu akbar Allaahu akbar Allaahu akbar, laa illaa haillallahuwaallaahuakbar Allaahu akbar walillaahil hamd"
Baca: KUMPULAN KATA MUTIARA UCAPAN IDUL ADHA
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata takbir adalah berdzikir, seruan atau ucapan allahu akbar allah mahabesar.
Tapi taukah sahabat cgtrend! bahwa takbir itu terbagi menjadi dua, yakni takbir Mursal dan Takbir Muqayyad.
Penasaran apa yang dimaksud dengan kedua takbir ini? jika iya, yuk kita bahas bersama pengertian dan perbedaan keduanya dalam topic cgtrend.blogspot.com
Pertama, Takbir Mursal. Ini merupakan seruan atau ucapan allahu akbar (takbir) hari raya yang tidak terikat dengan waktu dan dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun kecuali di tempat yang tidak dihormati seperti kamar mandi, selama masih berada dalam rentang waktu yang diperbolehkan yaitu sejak memasuki bulan Dzulhijjah hingga berakhirnya hari tasyriq pada 13 Dzulhijjah.
Takbir mursal ini dapat dilakukan dalam keadaan berjalan, berkendara, berdiri, duduk maupun berbaring. Dan juga dapat dilakukan di rumah, jalan-jalan, pasar, kantor, lapangan, masjid, sekolah dan lainnya kecuali tempat yang tidak dihormati seperti kamar mandi.
Dalil yang melandasi akan hal ini adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala:
وَاذْكُرُوا اللهَ فِي أَيَّامٍ مَّعْدُودَاتٍ
Artinya: “Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang.”
Terkait ayat di atas, ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma menfasirkan:
وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِى أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ أَيَّامُ الْعَشْرِ ، وَالأَيَّامُ الْمَعْدُودَاتُ أَيَّامُ التَّشْرِيقِ
Artinya: “Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang terbilang yaitu 10 hari pertama Dzulhijjah dan juga pada hari-hari tasyriq.”
Dan juga sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam:
مَا مِنْ أَيَّامٍ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ وَلَا أَحَبُّ إِلَيْهِ مِنَ الْعَمَلِ فِيهِنَّ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ الْعَشْرِ فَأَكْثِرُوا فِيهِنَّ مِنَ التَّهْلِيلِ وَالتَّكْبِيرِ وَالتَّحْمِيدِ
Artinya: “Tidak ada hari-hari yang lebih agung dan lebih dicintai Allah dalam melaksanakan amalan di dalamnya dibandingkan pada sepuluh hari (Dzulhijjah) ini. Maka perbanyak di dalamnya dengan tahlil, takbir dan tahmid.”
Para salafus shalih pun mengamalkan takbir mursal ini dalam berbagai keadaan mereka, diriwayatkan oleh al-Imam al-Bukhari rahimahullah dalam Shahihnya secara mu’allaq:
وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ وَأَبُو هُرَيْرَةَ يَخْرُجَانِ إِلَى السُّوقِ فِى أَيَّامِ الْعَشْرِ يُكَبِّرَانِ وَيُكَبِّرُ النَّاسُ بِتَكْبِيرِهِمَا وَكَبَّرَ مُحَمَّدُ بْنُ عَلِىٍّ خَلْفَ النَّافِلَةِ
Artinya: “Ibnu ‘Umar dan Abu Hurairah pernah keluar ke pasar pada sepuluh hari pertama Dzulhijjah, lalu mereka bertakbir, lantas manusia pun ikut bertakbir. Muhammad bin ‘Ali pun bertakbir setelah shalat sunnah.”
Dari Mujahid bin Jabr rahimahullah, beliau berkata:
كَانَ أَبُو هُرَيْرَةَ وَابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يَخْرُجَانِ أَيَّامَ الْعَشْرِ إِلَى السُّوقِ فَيُكَبِّرَانِ فَيُكَبِّرُ النَّاسُ مَعَهُمَا لا يَأْتِيَانِ السُّوقَ إِلا لِذَلِكَ
Artinya: “Abu Hurairah dan Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, mereka berdua pernah pergi keluar pada waktu sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah menuju pasar. Kemudian mereka bertakbir, maka bertakbirlah orang-orang bersama mereka berdua. Keduanya tidak mendatangi pasar kecuali untuk hal tersebut (bertakbir).”
al-Imam al-Bukhari rahimahullah dalam Shahihnya meriwayatkan secara mu’allaq:
وَكَانَ عُمَرُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ يُكبِّرُ فِي قُبَّتِهِ بِمِنىً فَيَسْمَعُهُ أَهْلُ اْلمَسْجِدِ فَيُكَبِّرُونَ وَيُكبِّرُ أَهْلُ اْلأَسْوَاقِ حَتَّى تَرْتَجَّ مِنىً تَكْبِيراً . وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يُكَبِّرُ بِمِنىً تِلْكَ اْلأَيَّامَ وَخَلْفَ الصَّلَوَاتِ وَعَلَى فِرَاشِهِ وَفِي فُسْطَاطِهِ وَمَجْلِسِهِ وَمَمْشَاهُ تِلْكَ اْلأَيَّامَ جَمِيْعاً . وَكَانَتْ مَيْمُونَةُ تُكَبِّرُ يَوْمَ النَّحْرِ ، وَكَانَ النِّسَاءُ يُكَبِّرْنَ خَلْفَ أََبَانَ بْنِ عُثْمَانَ وَعُمَرَ بْنِ عَبْدِ اْلعَزِيْزِ لَيَالِيَ التَّشْرِيقِ مَعَ الرِّجَالِ فِي اْلمَسْجِدِ
Artinya: “Bahwasanya ‘Umar radhiyallahu ‘anhu bertakbir di dalam kubahnya di Mina kemudian orang-orang di dalam masjid pun mendengarnya, maka mereka pun bertakbir, dan bertakbir pula orang-orang di pasar hingga Mina berguncang karena takbir. Dan juga Ibnu ‘Umar bertakbir di Mina pada hari-hari itu, baik setelah shalatnya, di atas dipannya, di serambi rumahnya, di majelisnya dan orang-orang pun bertakbir di jalan-jalan pada hari itu. Maimunah pun bertakbir pada hari raya nahr (10 Dzulhijjah). Para perempuan juga bertakbir mengkuti Aban bin ‘Utsman dan ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz pada malam hari-hari tasyriq bersama para laki-laki di dalam masjid.”
Dari Nafi’ rahimahullah:
أَنَّ ابْنَ عُمَرَ كَانَ يُكَبِّرُ تِلْكَ الْأَيَّامَ بِمِنًى فِي دُبُرِ الصَّلَوَاتِ وَفِي فُسْطَاطِهِ وَفِي مَمْشَاهُ وَفِي طَرِيقِهِ تِلْكَ الْأَيَّامَ جَمِيعًا
Artinya: “Bahwasannya Ibnu ‘Umar bertakbir pada hari-hari tersebut di Mina pada akhir shalat-shalatnya, di kemahnya dan di jalan-jalannya pada hari-hari itu semuanya.”
Dari Ummu ‘Athiyyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata:
كُنَّا نُؤْمَرُ أَنْ نَخرُجَ يَوْمَ اْلعِيْدِ حَتَّى نُخْرِجَ الْبِكَرَ مِنْ خِدْرِهَا حَتَّى نُخْرِجَ الْحَيَّضَ فَيَكُنَّ خَلْفَ النَّاسِ فَيُكَبِّرْنَ بِتَكْبِيْرِهِمْ وَيَدْعُوْنَ بِدُعَائِهِمْ يَرْجُوْنَ بَرَكَةَ ذَلِكَ الْيَوْمِ وَطُهْرَتَهُ
Artinya: “Kami diperintahkan keluar pergi menuju shalat ‘Ied, bahkan anak-anak gadis pergi keluar dari pingitannya. Begitu juga wanita-wanita yang sedang haidh, tetapi mereka hanya berdiri di belakang orang banyak, turut bertakbir dan berdo’a bersama-sama. Mereka mengharapkan berkah dan kesucian pada hari itu.”
Dari Abu al-Ahwash rahimahullah:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّهُ كَانَ يُكَبِّرُ أَيَّامَ التَّشْرِيقِ
Artinya: “Bahwasannya ‘Abdullah (bin Mas’ud) bertakbir pada hari-hari tasyriq.”
Kedua Takbir Muqayyad. Ini merupakan seruan atau ucapan allahu akbar (takbir) hari raya yang dikaitkan dengan waktu tertentu yaitu setelah melaksanakan shalat wajib berjamaa’ah.
Takbir muqayyad dilakukan sejak fajar pada hari ‘Arafah (setelah pelaksanaan shalat shubuh) bagi mereka yang tidak melaksanakan ibadah haji, sedangkan bagi mereka yang berhaji dimulai pada waktu zhuhur di hari Nahr (Idul Adha) tanggal 10 Dzulhijjah.
Pelaksanaan takbir muqayyad berakhir pada hari tasyriq yang terakhir yaitu pada tanggal 13 Dzulhijjah setelah shalat Ashar.
Dalil-dalil yang melandasi akan hal ini adalah:
Dari ‘Ubaid bin ‘Umair rahimahullah, beliau berkata:
كَانَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ يُكَبِّرُ بَعْدَ صَلاةِ الْفَجْرِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ إِلَى صَلاةِ الظُّهْرِ مِنْ آخِرِ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ
Artinya: “‘Umar bin al-Khaththab bertakbir setelah shalat Shubuh pada hari ‘Arafah hingga shalat Zhuhur pada akhir hari-hari tasyriq.”
Dari Syaqiq bin Salamah al-Asadi rahimahullah, beliau berkata:
كَانَ عَلِيٌّ يُكَبِّرُ بَعْدَ صَلاةِ الْفَجْرِ غَدَاةَ عَرَفَةَ ثُمَّ لا يَقْطَعُ حَتَّى يُصَلِّيَ الإِمَامُ مِنْ آخِرِ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ ثُمَّ يُكَبِّرُ بَعْدَ الْعَصْرِ
Artinya: “‘Ali bertakbir setelah shalat Shubuh di hari ‘Arafah, lalu ia tidak menghentikannya hingga imam shalat di akhir hari-hari tasyriq, kemudian ia bertakbir setelah ‘Ashar.”
Dari Salamah bin Nubaith rahimahullah:
أَنَّهُ كَانَ يُكَبِّرُ مِنْ صَلَاةِ الْفَجْرِ يَوْمَ عَرَفَةَ إِلَى صَلَاةِ الْعَصْرِ مِنْ آخِرِ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ
Artinya: “Bahwasannya adh-Dhahhak biasa bertakbir mulai shalat Shubuh pada hari ‘Arafah hingga shalat ‘Ashar pada akhir hari-hari tasyriq.”
Dari ‘Ikrimah rahimahullah:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ كَانَ يُكَبِّرُ مِنْ صَلَاةِ الْفَجْرِ يَوْمَ عَرَفَةَ إِلَى آخِرِ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ لَا يُكَبِّرُ فِي الْمَغْرِبِ
Artinya: “Bahwasannya Ibnu ‘Abbas bertakbir mulai shalat Shubuh pada hari ‘Arafah hingga akhir hari-hari tasyriq, namun tidak bertakbir pada shalat Maghrib.”
Jika dilihat dari bahasan bersama pengertian diatas, maka kita dapati perbedaan Takbir Mursal dengan Takbir Muqayyad. Perbedaan keduanya yakni:
Mursal | Muqayyad |
tidak terikat dengan waktu | terikat dengan waktu |
Bertakbir sejak memasuki bulan Dzulhijjah hingga berakhirnya hari tasyriq pada 13 Dzulhijjah | Bertakbir sejak fajar pada hari ‘Arafah (setelah pelaksanaan shalat shubuh) bagi mereka yang tidak melaksanakan ibadah haji, sedangkan bagi mereka yang berhaji dimulai pada waktu zhuhur di hari Nahr (Idul Adha) tanggal 10 Dzulhijjah. |
Bagaimana sahabat cgtrend! semoga dengan ulasan takbir mursal dan muqayyad ini dapat menambah wawasan keislaman kita semua, khususnya ketika kita akan mengemakan ucapan takbir untuk sambut hari raya Idul Adha di tahun ini.
Selamat bertakbir sahabat cgtrend.blogspot.com!!! "Allaahu akbar Allaahu akbar Allaahu akbar, laa illaa haillallahuwaallaahuakbar Allaahu akbar walillaahil hamd"
Posting Komentar untuk "TAKBIR MURSAL DAN TAKBIR MUQAYYAD"