MENGIDENTIFIKASI INFORMASI DALAM TEKS EKSPLANASI

https://cgtrend.blogspot.com/
Ilustrasi 1. 1 Mengidentifikasi Informasi dalam Teks Eksplanasi.



CGTREND.blogspot.com - Setelah mempelajari materi ini, sobat Cgtrend, diharapkan mampu memahami bagaimana Mengidentifikasi Informasi berupa pengetahuan dan urutan kejadian dari yang didengar atau dibaca, serta menemukan gagasan umum dan fakta penting dalam teks eksplanasi.


Pernahkah sobat mendengar atau membaca informasi mengenai fenomena atau peristiwa yang terjadi di lingkungan sobat Cgtrend? Fenomena atau peristiwa tersebut, seperti hujan deras, gempa bumi, angin puting beliung, dan yang lainnya. Selain itu, kita sering pula mendengar peristiwa-peristiwa yang terkait dengan masalah sosial dan budaya, misalnya seorang siswa SMA yang berhasil menjuarai lomba penelitian remaja, lomba salah satu jenis olahraga, atau siswa SMK yang berhasil menciptakan alat pendeteksi gempa bumi. Mungkin juga, sobat membaca peristiwa politik dan ekonomi, misalnya tentang pemilihan kepala daerah yang dilakukan secara serentak atau tentang investasi asing yang mulai merambah ke daerah-daerah. Informasi tentang peristiwa atau fenomena tersebut disajikan dalam jenis teks eksplanasi.


Baca Juga: MEMAHAMI TEKS EKSPLANASI


1. Memahami Bagaimana Mengidentifikasi Informasi Berupa Pengetahuan Dalam Teks Eksplanasi

Teks eksplanasi dapat disamakan dengan teks yang menceritakan prosedur atau proses terjadinya fenomena. Dengan teks tersebut, pembaca dapat memperoleh pemahaman mengenai latar belakang terjadinya fenomena secara jelas dan logis. Teks eksplanasi menggunakan banyak fakta dan pernyataan-pernyataan yang memiliki hubungan sebab akibat (kausalitas). Namun, sebab-sebab ataupun akibat-akibat itu berupa sekumpulan fakta menurut penulisnya.


Perhatikan contoh teks berikut ini!


Demonstrasi Massa


Akhir-akhir ini demonstrasi kerap terjadi hampir setiap waktu dan terjadi di berbagai tempat. Bahkan, demonstrasi sudah menjadi fenomena yang lumrah di tengah-tengah masyarakat kita. Menanggapi fenomena tersebut, seorang kepala daerah menyatakan bahwa penyebab demonstrasi dan anarkisme tidak lain adalah faktor laparnya masyarakat. Lantas ia mencontohkan rakyat Malaysia dan Brunei yang adem ayem, lantaran kesejahteraan mereka terpenuhi maka demonstrasi di negara-negara itu jarang terjadi.


Tentu saja komentar tersebut menyulut reaksi para mahasiswa. Mereka memprotes dan meminta sang bupati mencabut kembali pernyataannya. Para mahasiswa tidak terima dan tidak merasa memiliki motif serendah itu. Mereka berpendirian bahwa demonstrasi yang biasa mereka lakukan murni untuk memperjuangkan kebenaran dan melawan kemungkaran yang terjadi di hadapannya.


Persoalannya kemudian, pendapat manakah yang benar; sang bupati atau pihak mahasiswa ataupun komponen-komponen masyarakat lainnya? Barangkali logika sang bupati dikaitkan dengan kebiasaan bayi atau anak kecil yang memang begitu adanya. Kalau seorang bayi merasa lapar, ia akan ngamuk: menangis dan meronta-ronta. Namun, apabila logika sang bupati dibawa pada konteks yang lebih luas, jelaslah tidak relevan, misalnya membandingkan dengan kondisi rakyat di Malaysia ataupun Brunei yang adem-ayem, tidak seperti halnya rakyat Indonesia yang gampangan.


Demonstrasi massa tidak selalu disebabkan oleh urusan perut, bahkan banyak peristiwa yang sama sekali tidak didasari oleh motif itu. Dalam kaitannya dengan kebutuhan manusia, Abraham Maslow membaginya ke dalam beberapa tingkatan. Kebutuhan yang paling mendasar adalah makan dan minum. Sementara itu, yang paling puncak adalah kebutuhan akan aktualisasi diri.


Namun demikian, pada umumnya demonstrasi massa justru lebih didasari oleh kebutuhan tingkatan akhir itu. Masyarakat berdemonstrasi karena membutuhkan pengakuan dari pemerintah ataupun pihak-pihak lain agar hak-hak dan eksistensi mereka diakui. Karena merasa dibiarkan, hak-haknya diingkari, bahkan dinistakan, kemudian mereka berusaha untuk menunjukkan jati dirinya dengan cara berdemonstrasi.


Banyak fakta dapat membuktikannya. Demonstrasi massa pada awal-awal reformasi di negeri ini pada tahun 1997–1998, bukan dilakukan oleh rakyat miskin ataupun orang-orang lapar. Justru hal itu dilakukan oleh warga dari kalangan menengah ke atas, dalam hal ini adalah mahasiswa dan golongan intelektual. Belum lagi kalau merujuk pada kasus-kasus yang terjadi di luar negeri. Dalam beragam skala (besar atau kecil), demonstrasi bukan hal aneh lagi bagi negara-negara Eropa. Demonstrasi yang mereka lakukan sudah tentu tidak didorong oleh kondisi perut yang lapar karena mereka pada umumnya dalam kondisi yang sangat makmur.


Perbandingan yang cukup kontras dengan melihat peristiwa terbaru di Korea Utara. Kondisi sosial ekonomi warga negaranya sangat jauh terbelakang. Kemiskinan menjadi pemandangan umum hampir melanda di seluruh pelosok negeri. Akan tetapi, ketika Kim Jong-Il, pimpinannya itu meninggal, tak ada upaya penggulingan kekuasaan ataupun demonstrasi untuk menuntut perubahan politik di negerinya. Padahal peluang untuk itu lebih terbuka. Justru yang terjadi kemudian hampir seluruh warganya menunduk hidmat, mengantar jenazah pimpinannya ke liang lahat.


Demikian pula jika kita melihat kembali kondisi masyarakat di negara tersebut. Kemiskinan sangat akrab di pinggiran kota dan di sudut-sudut desa di berbagai pelosok. Akan tetapi, mereka jarang melakukan demonstrasi: hanya satu-dua peristiwa. Justru yang jauh lebih getol melakukan hal itu adalah warga yang tinggal pusat-pusat kota, yang secara umum mereka lebih makmur.


Dengan fakta semacam itu, nyatalah bahwa kemiskinan bukanlah penyebab utama untuk terjadinya gelombang demonstrasi. Akan tetapi, fenomena tersebut lebih disebabkan oleh kemampuan berpikir kritis dari warga masyarakat. Mereka tahu akan hak-haknya, mengerti pula bahwa di sekitarnya telah terjadi pelanggaran dan kesewenang-wenangan. Mereka kemudian melakukan protes dan menyampaikan sejumlah tuntutan. Apabila faktor-faktor itu tidak ada di dalam diri mereka, apa pun yang terjadi di sekitarnya, mereka akan seperti kerbau dicocok hidung: manggut-manggut dan berkata “ya” pada apa pun tindakan dari pimpinannya meskipun menyimpang, dan bahkan menzalimi mereka sendiri.


Teks di atas terdiri atas paragraf-paragraf yang merupakan paparan tentang akibat dan sebab maraknya demonstrasi di tengah-tengah masyarakat. Teks itu pun dapat dikelompokkan sebagai teks eksplanasi. Dari teks semacam itu diharapkan para pembaca dapat memahami proses berlangsungnya suatu peristiwa yang bersifat kausalitas dengan sejelas-jelasnya.


Dalam teks eksplanasi, penulis menggunakan banyak fakta yang fungsinya sebagai penyebab atau akibat terjadinya suatu peristiwa. Bahkan, dapat dikatakan bahwa teks eksplanasi hampir semuanya berupa fakta. Untuk lebih jelasnya, perhatikan kembali paragraf keenam dan ketujuh di atas. Paragraf tersebut dibentuk oleh empat buah kalimat yang semuanya berupa fakta.


Kalimat Keterangan
Kondisi sosial ekonomi warga negaranya sangat jauh terbelakang. Kemiskinan menjadi pemandangan umum hampir melanda di seluruh pelosok negeri. Akan tetapi, ketika Kim Jong-Il, pimpinannya itu meninggal, tak ada upaya penggulingan kekuasaan ataupun demonstrasi untuk menuntut perubahan politik di negerinya. Padahal peluang untuk itu lebih terbuka. Justru yang terjadi kemudian hampir seluruh warganya menunduk khidmat, mengantar jenazah pimpinannya ke liang lahat. Fakta
Juga apabila kembali melihat kondisi warga di negeri ini. Kemiskinan sangat akrab di pinggiran kota dan di sudut-sudut desa di berbagai pelosok. Akan tetapi, mereka jarang melakukan demonstrasi: hanya satu-dua peristiwa. Justru yang jauh lebih getol melakukan hal itu adalah warga yang tinggal pusat-pusat kota, yang secara umum mereka lebih makmur. Fakta



Perhatikan pula contoh lainnya di bawah ini!


Kalau memang sudah terkena anemia, jenis-jenis asupan alamiah seperti dari makanan, sudah tak praktis lagi. Ini disebabkan, makanan berzat besi perlu dikonsumsi dalam jumlah yang banyak dan itu tak memungkinkan. Makanya, asupan zat besi perlu ditambahkan sampai anemianya terkoreksi. Biasanya, mereka merasa sehat kembali setelah satu atau dua hari berikutnya jika mengonsumsi asupan zat besi. Namun, itu menghilangkan gejalanya saja. Padahal, penyakitnya masih ada sewaktu-waktu bisa muncul kembali. Oleh karena itu, agar anemia terkoreksi, dibutuhkan zat besi yang cukup sebagai cadangan di dalam tubuh. Cadangan zat besi itu berguna untuk mengganti sel darah merah yang hilang. Biasanya, asupan itu terus dikonsumsi selama satu–tiga bulan sampai anemianya terkoreksi betul.


Teks di atas juga tergolong ke dalam bentuk teks eksplanasi. Di dalamnya tergambar suatu paparan proses. Teks tersebut memaparkan secara kausalitas tentang proses penyembuhan penyakit anemia. Pembacanya pun memperoleh pemahaman yang sangat jelas tentang cara-cara penyembuhan penyakit itu. Dengan contoh di atas, teks yang menjelaskan suatu proses, urutan kegiatan yang bersifat kausalitas, dapat digolongkan ke dalam teks eksplanasi.


2. Menemukan Gagasan Umum dan Fakta Penting dalam Teks Eksplanasi

Perhatikanlah cuplikan teks berikut.


Dampak merebaknya penyebaran virus sindrom pernapasan akut parah (Severe Acute Respiratory Sindrome/SARS) dari negeri Jiran, Singapura, mulai mengancam bisnis perhotelan di Batam. Jumlah tamu, baik dari luar negeri maupun dalam negeri merosot hingga tingkat hunian hotel di Batam berkurang hingga sepuluh persen. Demikian kata Public Relation Manager Goodway Hotel Puri Garden, Budi Purnomo dan kata pengusaha Novotel Hotel, Anas, ketika dihubungi Kompas di Batam.


Gagasan umum teks tersebut adalah tentang “dampak penyebaran virus SARS terhadap bisnis perhotelan”. Teks tersebut menjelaskan dampak penyebaran virus terhadap kondisi perhotelan, yakni berupa merosotnya tingkat hunian hotel yang ada Batam. Teks itu pun tergolong ke dalam jenis eksplanasi, yakni teks yang memaparkan proses terjadinya suatu fenomena atau kejadian dengan sejelas-jelasnya. Di dalam teks tersebut juga terkandung sebuah gagasan umum (ide pokok), yakni dampaknya penyebaran virus SARS. Gagasan umum tersebut terdapat pada bagian awal paragraf. Oleh karena itu, cuplikan teks tersebut dapat pula digolongkan ke dalam jenis paragraf deduktif.


Perhatikan pula teks berikut.


Sesudah pengakuan kedaulatan pada tanggal 27 Desember 1949, bangsa Indonesia menanggung beban ekonomi dan keuangan. Sebagai akibat ketentuan-ketentuan hasil KMB (Konferensi Meja Bundar), Indonesia harus menanggung beban utang luar negeri dan dalam negeri. Padahal struktur ekonomi Indonesia pada waktu itu masih tergantung kepada beberapa jenis perkebunan. Situasi politik yang tidak stabil semakin meningkatkan pengeluaran negara. Akibatnya, anggaran pemerintah menjadi defisit.


Teks di atas juga bersifat eksplanatif. Gagasan umumnya tentang beban keuangan pemerintah di tahun 1949 (yang begitu berat). Gagasan umum itu terletak pada bagian awal paragraf. Dengan demikian, cuplikan tersebut pun dapat digolongkan ke dalam paragraf deduktif.


Selain itu, mungkin pula sebuah paragraf dalam teks eksplanasi bersifat induktif ataupun campuran. Akan tetapi, yang dapat ditemukan, paragraf-paragraf di dalam teks eksplanasi pada umumnya bersifat deduktif, yakni gagasan umumnya terletak pada bagian awal paragraf.


Baca Juga: PENGERTIAN DAN CONTOH STRUKTUR TEKS DESKRIPSI

Bacajuga beragam materi bahasa Indonesia lainnya dengan terus kunjungi cgtrend.blogspot.com. Di cgtrend terdapat banyak pembahasan baru baik dari topik materi pendidikan berbeda untuk bahan referensi.

Posting Komentar untuk "MENGIDENTIFIKASI INFORMASI DALAM TEKS EKSPLANASI"