PENGERTIAN JENIS PUISI LAMA

Puisi lama terbagi menjadi 7 Jenis, yakni; Mantra, Gurindam, Syair, Pantun, Karmina, Seloka, dan Talibun. Ketujuh jenis puisi ini memiliki arti yang berbeda loh. Penasaran? Biar ngga panasaran soal materi Bahasa Indonesia untuk Sastra Puisi lama ini, yuk baca selengkapnya dalam pembahasan Cgtrend.blogspot.com ???

https://cgtrend.blogspot.com/


A. PENGERTIAN DAN JENIS PUISI LAMA

1 Puisi menurut Pengertian Lama

Dalam buku pelajaran kesusastraan untuk SMU, masih tampak adanya pengertian puisi menurut pandangan lama, salah satunya dalam buku Wirjosoedarmo (1984: 51) sebagai berikut. Puisi itu karangan yang terikat, terikat oleh (a) banyak baris dalam tiap bait (kuplet/strofa, suku karangan); (b) banyak kata dalam tiap baris; (c) banyak suku kata dalam tiap baris; (d) rima; dan (e) irama.


Kalau Anda perhatikan contoh syair dan sajak Rustam Effendi, penyair Pujangga Baru, tampaklah bahwa kedua sajak itu sesuai dengan pengertian atau definisi yang dikemukakan Wirjosoedarmo. Coba sahabat Cgtrend, perhatikan contoh sajak penyair Pujangga Baru berikut.


Gembala

Perasaan siapa/tidakkan nyala
Melihat anak/berlagu dendang
Seorang sahaja/di tengah padang
Tiada berbaju/buka kepala
Beginilah nasib/anak gembala
Berteduh di bawah/ kayu nan rindang,
Semenjak pagi meninggalkan kandang
Pulang ke rumah/ di senja-kala.

(Yamin, dalam Jassin, 1987: 323)


Garis miring (/) dari penulis untuk memperjelas. Sajak M. Yamin itu sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Wirjosoedarmo. Sajak itu terikat oleh jumlah periodus, yaitu ada dua periodus tiap baris. Periodus adalah bagian pembentuk baris sajak. Satu periodus terdiri atas dua kata. Pada umumnya, baris terdiri atas empat kata. Tiap-tiap baris tampak adanya jumlah suku kata yang sama atau hampir sama, antara 9 10 suku kata. Dalam sajak itu tampak adanya pola sajak akhir yang tetap, yaitu a-b-b-a tiap baitnya. Dengan adanya susunan teratur, jumlah kata dan suku kata tetap dan pola sajak tetap maka tampak adanya irama yang tetap atau ajeg. Tampak dalam sajak contoh itu bahwa ikatan formal; bentuk yang dapat dilihat mata. Bentuk-bentuk formal itu adalah alat-alat atau sarana-sarana kepuitisan untuk mendapatkan nilai estetis atau nilai seni dengan bentuk formal yang ajeg atau tetap dan simetris (Seimbang).


Akan tetapi, ikatan bentuk tetap itu tidak tampak dalam sajak Chairil Anwar, lebih-lebih dalam sajak Sutardji dan Damono. Jadi, ada perbedaan pengertian mengenai puisi menurut pandangan lama dan menurut pandangan baru. Hal ini tampak dalam wujud sajaknya seperti dalam contoh-contoh itu.


2 Puisi menurut Pengertian Lama

Para penyair baru (modern) menulis puisi tanpa mempedulikan ikatan-ikatan formal seperti puisi lama. Akan tetapi, mengapa tulisannya atau hasil karyanya masih disebut sebagai puisi? Hal ini disebabkan oleh pemahaman bahwa bentuk-bentuk formal itu hanya merupakan sarana-sarana kepuitisan saja, bukan hakikat puisi. Penyair dapat menulis dan mengombinasikan sarana-sarana kepuitisan yang disukainya. Sarana kepuisian dipilih dengan tujuan untuk dapat mengekspresikan pengalaman jiwanya. Para penyair Angkatan 45 memilih sarana kepuitisan yang berupa diksi atau pilihan kata secara tepat, pilihan kata yang dapat memberikan makna seintensitas mungkin, yang dapat merontgen ke putih tulang belulang, kata Chairil Anwar (Jassin, 1978: 136). Sarana kepuitisan yang berupa sajak akhir masih dipergunakan juga demi intensitas arti atau maknanya. Akan tetapi, sajak akhir itu harus berupa pola bunyi yang teratur dan tetap.

Baca Juga: 2 CARA MENULIS PUISI DENGAN BERLANDASKAN TEORI STRUKTURALISME

3 Pengertian Puisi Lama

Puisi lama adalah puisi yang penulisannya masih terikat oleh peraturan tertentu. Aturan di dalam puisi lama berkaitan dengan jumlah kata atau suku kata dalam tiap baris, jumlah baris yang terdapat dalam tiap bait, serta rima, dan irama. Jenis puisi lama yaitu mantra, pantun, karmina, seloka, gurindam, syair dan talibun.

Baca Juga: JENIS-JENIS RIMA YANG TERDAPAT DALAM PUISI DAN CONTOHNYA

4 Jenis-jenis Puisi Lama lengkap artinya

Jenis puisi lama yaitu mantra, pantun, karmina, seloka, gurindam, syair dan talibun, berikut pembahasan lengkap Cgtrend:


4.1 Arti Mantra

Mantra adalah puisi tua yang ucapan-ucapannya dianggap memiliki kekuatan gaib. Keberadaan mantra dalam masyarakat Melayu pada mulanya bukan sebagai karya sastra, melainkan lebih banyak berkaitan dengan adat dan kepercayaan, Ciri-ciri mantra, yaitu berirama akhir abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde; bersifat lisan, dan sakti atau magis; adanya perulangan; metafora merupakan unsur penting; bersifat esoferik (bahasa khusus antara pembicara dan lawan bicara) dan misterius; serta lebih bebas dibanding puisi rakyat lainnya dalam hal suku kata, baris dan persajakan.


4.2 Arti Gurindam

Gurindam adalah puisi lama yang berasal dari Tamil (India), yang terdiri dari dua baris setiap baitnya dan berisi nasihat. Ciri-ciri gurindam, yaitu baris pertama berisikan semacam soal, masalah, atau perjanjian; baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi; tiap bait terdiri dari 2 baris; berisi nasihat; dan bersaja kembar/ a-a.


4.3 Arti Syair

Syair adalah puisi lama yang berasal dari arab dan berbentuk sajak. Ciri-ciri syair, yaitu setiap bait terdiri dari 4 baris; setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata; bersajak a-a-a-a; semua baris berupa isi dan merupakan cerita (tidak ada sampiran); serta tiap baris berhubungan isinya.


4.4 Arti Pantun

Pantun adalah puisi Melayu asli yang cukup mengakar dan membudaya dalam kehidupan masyarakat. Berdasarkan isinya pantun dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu pantun anak muda, pantun jenaka, pantun teka-teki, pantun nasihat, dan pantun anak-anak. Ciri-ciri pantun, yaitu disetiap bait terdiri dari 4 baris; baris 1 dan 2 sebagai sampiran; baris 3 dan 4 sebagai isi; bersajak a-b-a-b; serta setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata.


4.5 Arti Pantun kilat (Karmina)

Karmina adalah pantun yang suasananya sangat singkat bahkan dapat dijadikan 2 baris. Ciri-ciri karmina, yaitu setiap bait merupakan bagian dari keseluruhan; bersajak aa-aa aa-bb; bersifat epik (mengisahkan seorang pahlawan); semua baris diakhiri koma, kecuali baris k-4 diakhiri tanda titik; dan mengandung dua hal yang bertentangan yaitu rayuan dan perintah.


4.6 Arti Seloka (Pantun Berkait)

Seloka adalah sebuah bentuk puisi Melayu Klasik yang memuat perumpamaan yang mengandung senda gurau, kejenakaan, impian, ejekan, atau sindiran serta yang diulang-ulang barisnya.


4.7 Arti Talibun

Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6,8, ataupun 10 baris. Ciri-ciri talibun, yaitu jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap (6,8,10 dan seterusnya); jika satu bait terdiri enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi; jika satu bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat isi; apabila enam baris sajaknya a-b-c-a-b-c; apabila delapan baris sajaknya a-b-c-d-a-b-c-d.


B. PENUTUP

Puisi itu karangan yang terikat, terikat oleh (a) banyak baris dalam tiap bait (kuplet/strofa, suku karangan); (b) banyak kata dalam tiap baris; (c) banyak suku kata dalam tiap baris; (d) rima; dan (e) irama. Para penyair Angkatan 45 memilih sarana kepuitisan yang berupa diksi atau pilihan kata secara tepat, pilihan kata yang dapat memberikan makna seintensitas mungkin, yang dapat merontgen ke putih tulang belulang, kata Chairil Anwar (Jassin, 1978: 136).


Puisi lama adalah puisi yang penulisannya masih terikat oleh peraturan tertentu. Aturan di dalam puisi lama berkaitan dengan jumlah kata atau suku kata dalam tiap baris, jumlah baris yang terdapat dalam tiap bait, serta rima, dan irama. Puisi lama terbagi menjadi 7 Jenis, yakni; Mantra, Gurindam, Syair, Pantun, Karmina, Seloka, dan Talibun.


Temukan artikel baru lainnya di Cgtrend terkait materi sastra puisi maupun topik terkini lainnya. Kunjungi Cgtrend.blogspot.com, Dengan demikian Anda akan menemukan informasi terupdate dari berbagai topik trending saat ini.

Posting Komentar untuk "PENGERTIAN JENIS PUISI LAMA"