Puisi adalah: Jenis, Contoh dan Perbedaan dengan Syair

Penyair selalu mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan menggunakan kata-kata yang indah. Para penyair mengungkapkannya ke dalam suatu karya tulis sehingga dapat dinikmati keindahan sastranya. Di dalam ilmu sastra, suatu karya yang tersusun secara rapi dan sistematis dengan penggunaan kata, diksi sehemat dan seefektif mungkin disebut dengan Puisi.


Puisi adalah pada dasarnya berbeda dengan karya sastra umum, sebab ada syarat tertentu yang harus dilakukan untuk memenuhinya.


Lantas, apa itu Puisi? Berikut adalah penjelasan Puisi beserta dengan perbedaannya dengan Syair umumnya.


https://cgtrend.blogspot.com/


Pengertian Puisi

Arti Puisi pada dasarnya adalah teks atau karangan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyairnya dengan mengutamakan keindahan kata-kata. Keindahan kata-kata di sini maksudnya adalah susunan katanya terikat oleh irama, matra, dan rima, serta penyusunan larik dan bait. Jadi kata atau bahasa yang dibuat penyair sebagai Puisi memiliki struktur yang terdiri dari unsur-unsur pembangun.


Ada beberapa aturan yang diterapkan dalam pembuatan puisi, aturan itu antara lain:
  1. Jumlah kata dalam 1 baris.
  2. Jumlah baris dalam 1 bait.
  3. Persajakan (rima).
  4. Banyak suku kata tiap baris.
  5. Irama



Pengertian Puisi Menurut Ahli

  1. Tjahjono, 1988:50. Puisi adalah sebagai pembangun, pembentuk atau pembuat karena memang dasarnya memang pada dasarnya dengan mencipta sebuah puisi maka secara lahir maupun batin.
  2. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). puisi adalah (1) ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, dan rima, serta penyusunan larik dan bait; (2) gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman yang membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus; dan (3) sajak.
  3. Pradopo, 2010: 7. puisi menurut beberapa penyair Inggris yang dihimpun oleh Shahnon Ahmad, yakni bahwasanya puisi adalah mengandung unsur-unsur berupa; emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindera, susunan kata, kata-kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur. Dari pengertian ini dapat disimpulkan ada tiga unsur yang pokok, pertama, hal yang meliputi pemikiran, ide, atau emosi; kedua, bentuknya; dan yang ketiga ialah kesannya. Semuanya itu terungkap dengan media bahasa.



Perbedaan Syair dan Puisi

Mungkin banyak yang mengira bahwa Syair umumnya sama dengan Puisi, padahal sebenarnya antara Syair dengan Puisi dapat dilihat perbedaannya.


Perbedaan Syair dan Puisi adalah Syair biasanya menggunakan bahasa Melayu. Sedangkan Puisi meskipun dibuat penyair namun bahasa Indonesia. Selain itu, syair memiliki rima a-a-a-a, sedangkan rima pada puisi lebih bervariatif.


Contoh syair misalnya adalah

(1) Dengarlah wahai anakanda
Rajinlah belajar sepanjang masa
Ilmu tiada pernah habis dieja
sebagai bekal sepanjang usia

(2) Dengan ilmu engkau terjaga
Dari suramnya waktu dan masa
Cemerlang akan senantiasa
Menyinari dirimu di masa dewasa

(Karya Gina Hayana)


Makna syair diatas adalah: Syair pendidikan ini hanya memiliki 2 bait yang masing masing terdiri dari 4 baris dan bersajak atau rima a-a-a-a. Meskipun hampir mirip dengan ciri ciri pantun, syair ini memiliki perbedaan yang jelas. Dilihat dari contoh 1, baris 1 dan 2 pada syair tidak berfungsi sebagai sampiran. Semua baris berfungsi sebagai isi. Secara umum, syair pendidikan ini berisikan pesan untuk anak/pelajar tentang pentingnya belajar dan mencari ilmu. Pada bait (1) pengarang memberikan nasihat agar tidak pernah berhenti belajar dan mencari ilmu. Selanjutnya pada bait (2) dijelaskan bagaimana manfaat ilmu untuk kehidupan dan masa depan anak.

Baca Juga: Akronim adalah: Jenis, Contoh dan Perbedaan dengan Singkatan

Ciri-ciri Puisi

Puisi dibuat sebenarnya memikili kaidah kebahasaan, oleh karenanya kita perlu mengerti ciri-ciri pembangun puisi sebelum dibuat. Adapun ciri-ciri dari Puisi itu antara lain:
  1. Bahasa yang digunakan dalam puisi lebih padat dibandingkan prosa dan drama.
  2. Puisi memiliki rima atau sajak yang teratur.
  3. Puisi lebih menggunakan sajak syair atau pola pantun, khususnya pada puisi lama.
  4. Puisi bersifat simetris.
  5. Puisi memiliki makna konotatif.
  6. Puisi terdiri dari kesatuan sintaksis (gatra).


Baca juga:

Macam-Macam Puisi

Puisi terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Distikon

Puisi distikon adalah sajak yang terdiri atas dua baris kalimat dalam setiap baitnya, bersajak a-a.

Contoh:

Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal
Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh
(Or. Mandank)


2. Terzina

Puisi Terzina adalah sajak tiga seuntai, artinya setiap baitnya terdiri atas tiga buah kalimat. Terzina dapat bersajak a-a-a; a-a-b; a-b-c; atau a-b-b.


contoh:

BAGAIMANA

Kadang-kadang aku benci
Bahkan sampai aku maki
........ diriku sendiri
Seperti aku
menjadi seteru
........ diriku sendiri
Waktu itu
Aku ........
seperti seorang lain dari diriku
Aku tak puas
sebab itu aku menjadi buas
menjadi buas dan panas

(Or. Mandank)


3. Quatrain

Puisi Quatrain adalah sajak empat seuntai yang setiap baitnya terdiri atas empat buah kalimat. Quatrain bersajak a-b-a-b, a-a-a-a, atau a-a-b-b.


contoh:

MENDATANG-DATANG JUA


Mendatang-datang jua
Kenangan lama lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau
Membayang rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu

(A.M. Daeng Myala)


4. Quint

Puisi Quint adalah sajak atau puisi yang terdiri atas lima baris kalimat dalam setiap baitnya. Quint bersajak a-a-a-a-a.


contoh:

HANYA KEPADA TUAN

Satu-satu perasaan
Yang saya rasakan
Hanya dapat saya katakan
kepada Tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu kegelisahan
Yang saya rasakan
Hanya dapat saya kisahkan
kepada Tuan
Yang pernah di resah gelisahkan
Satu-satu desiran
Yang saya dengarkan
Hanya dapat saya syairkan
kepada Tuan
Yang pernah mendengarkan desiran
Satu-satu kenyataan
Yang saya didustakan
Hanya dapat saya nyatakan
kepada Tuan
Yang enggan merasakan

(Or. Mandank)


5. Sektet (Sextet)

Puisi Sektet adalah sajak atau puisi enam seuntai, artinya terdiri atas enam buah kalimat dalam setiap baitnya. Sektet mempunyai persajakan yang tidak beraturan. Dalam sektet, pengarangnya bebas menyatakan perasaannya tanpa menghiraukan persajakan atau rima bunyi.


Contoh:

MERINDUKAN BAGIA

Jika hari’lah tengah malam
Angin berhenti dari bernafas
Alam seperti dalam samadhi
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih

(Ipih)


6. Septima

Puisi Septima adalah sajak tujuh seuntai yang setiap baitnya terdiri atas tujuh buah kalimat. Sama halnya dengan sektet, persajakan septima tidak berurutan.


Contoh:


API UNGGUN

Diam tenang kami memandang
Api unggun menyala riang
Menjilat meloncat menari riang
Berkilat-kilat bersinar terang
Nyala api nampaknya curai
Hanya satu cita dicapai
Alam nan tinggi, sunyi, sepi

(Intojo)


7. Oktaf/Stanza

Puisi Stanza adalah sajak delapan seuntai yang setiap baitnya terdiri atas delapan buah kalimat. Stanza disebut juga oktaf. Persajakan stanza atau oktaf tidak berurutan.


Contoh:

PERTANYAAN ANAK KECIL

Hai kayu-kayu dan daun-daunan!
Mengapakah kamu bersenang-senang?
Tertawa-tawa bersuka-sukaan?
Oleh angin dan tenang, serang?
Adakah angin tertawa dengan kami?
Bercerita bagus menyenangkan kami?
Aku tidak mengerti kesukaan kamu!
Mengapa kamu tertawa-tawa?
Hai kumbang bernyanyi-nyanyi!
Apakah yang kamu nyanyi-nyanyikan?
Bunga-bungaan kau penuhkan bunyi!
Apakah yang kamu bunyi-bunyikan?
Bungakah itu atau madukah?
Apakah? Mengapakah? Bagaimanakah?
Mengapakah kamu tertawa-tawa?

(Mr. Dajoh)

8. Soneta

Puisi Soneta berasal dari kata Sonetto dalam bahasa Italia yang terbentuk dari kata latin Sono yang berarti ‘bunyi’ atau ‘suara’. Adapun syarat-syarat soneta (bentuknya yang asli) adalah sebagai berikut.
  • Jumlah baris ada 14 buah.
  • Keempat belas baris terdiri atas 2 buah quatrain dan 2 buah terzina.
  • Jadi pembagian bait itu: 2 × 4 dan 2 × 3.
  • Kedua buah kuatrain merupakan kesatuan yang disebut stanza atau oktaf.
  • Kedua buah terzina merupakan kesatuan, disebut sextet.
  • Octav berisi lukisan alam; jadi sifatnya objektif.
  • Sextet berisi curahan, jawaban, atau kesimpulan sesuatu yang dilukiskan dalam oktaf; jadi sifatnya subjektif.
  • Peralihan dari oktaf ke sektet disebut volta.
  • Jumlah suku kata dalam tiap-tiap baris biasanya antara 9 dan 14 suku kata.
  • Rumus dan sajaknya a-b-b-a, a-b-b-a, c-d-c, d-c-d.
  • Lama kelamaan para pujangga tidak mengikuti syarat-syarat di atas.



Pembagian atas bait-bait, rumus sajak serta hubungan isinya pun mengalami perubahan. Yang tetap dipatuhinya hanyalah jumlah baris yang 14 buah itu saja. Bahkan acapkali jumlah yang 14 baris dirasa tak cukup oleh pengarang untuk mencurahkan angan-angannya. Itulah sebabnya lalu ditambah beberapa baris menurut kehendak pengarang. Tambahan itu disebut Cauda yang berarti ekor. Karena itu, kini kita jumpai beberapa kemungkinan bagan. Soneta Shakespeare, misalnya mempunyai bagan sendiri mengenai soneta-soneta gubahannya, yakni:
  • Pembagian baitnya : 3 × 4 dan 1 × 2.
  • Sajaknya : a-b-a-b, c-d-c-d, e-f-e-f, g-g.



Demikian pula pujangga lain, termasuk pujangga soneta Indonesia mempunyai cara pembagian bait serta rumus-rumus sajaknya sendiri.


Contoh:

GEMBALA

Perasaan siapa ta’kan nyala (a)
Melihat anak berlagu dendang (b)
Seorang saja di tengah padang (b)
Tiada berbaju buka kepala (a)
Beginilah nasib anak gembala (a)
Berteduh di bawah kayu nan rindang (b)
Semenjak pagi meninggalkan kandang (b)
Pulang ke rumah di senja kala (a)
Jauh sedikit sesayup sampai (a)
Terdengar olehku bunyi serunai (a)
Melagukan alam nan molek permai (a)
Wahai gembala di segara hijau (c)
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau (c)
Maulah aku menurutkan dikau (c)


Contoh Puisi

Berikut adalah contoh-contoh lain Puisi:


Balada Orang-Orang Tercinta
(oleh: WS Rendra)


Kita bergantian menghirup asam
Batuk dan lemas terceruk
Marah dan terbaret-baret
Cinta membuat kita bertahan
dengan secuil redup harapan
Kita berjalan terseok-seok
Mengira lelah akan hilang
di ujung terowongan yang terang
Namun cinta tidak membawa kita
memahami satu sama lain
Kadang kita merasa beruntung
Namun harusnya kita merenung
Akankah kita sampai di altar
Dengan berlari terpatah-patah
Mengapa cinta tak mengajari kita
Untuk berhenti berpura-pura?
Kita meleleh dan tergerus
Serut-serut sinar matahari
Sementara kita sudah lupa
rasanya mengalir bersama kehidupan
Melupakan hal-hal kecil
yang dulu termaafkan
Mengapa kita saling menyembunyikan
Mengapa marah dengan keadaan?
Mengapa lari ketika sesuatu
membengkak jika dibiarkan?
Kita percaya pada cinta
Yang borok dan tak sederhana
Kita tertangkap jatuh terperangkap
Dalam balada orang-orang tercinta


Demikian pembahasan Puisi di artikel ini. Puisi penting untuk dipelajari pasalnya dapat digunakan untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan menggunakan kata-kata yang paling indah. Maka dari itu, Cgtrend menulis soal mater Bahasa Indonesia ini. Ini bertujuan agar sahabat Cgtrend lebih mengerti dan memahami dalam hal penyusunan karya sastra dengan pemahaman estetika sebagai literasi informasi, dan literasi penulisan.


Semoga bermanfaat, terimakasih telah membaca Cgtrend.blogspot.com - Puisi adalah ***

Posting Komentar untuk "Puisi adalah: Jenis, Contoh dan Perbedaan dengan Syair"